Ceramah Almaghfurlah Prof. Dr. KH. MA. Fuad Hasyim Saat KONFERWIL NU JAWA BARAT Tahun 1990 di Pesantren Sukamiskin Bandung.
Biografi Prof. Dr. KH. Fuad Hasyim
Beliau di lahirkan pada tanggal 26 juni 1941 di buntet pesantren desa mertapada kulon kecamatan astanajapura kab. Cirebon dari seorang ibu yang bernama Ny. Hj. Karimah dan ayah yang bernama KH. Hasyim Mansyur beliau adalah keturunan ke-18 dari syaikh syarif hidayatullah ( sunan gunung jati ).
Semenjak kecil beliau di didik ketat dan disiplin dengan kondisi lingkungan yang kental dengan tradisi pesantren sehingga pada umur 7 tahun beliau sudah mengkhatamkan qiro’ah imah hafs, dan pada umur 13 tahun beliau telah mengkhatamkan qiro’ah sab’ah dengan sanad yang tersambung langsung kepada rasulullah SAW.
Perjalanan beliau di tanah kelahirannya buntet pesantren yang waktu itu belajar berbagai ilmu dari ilmu nahwu, shorof sebagai ilmu alat (gramatika) sampai ilmu fiqih,tauhid sebagai ilmu terapan guru-guru beliau semasa di buntet pesantren antara lain KH. Mustahdi Abbas, KH. Chawi, KH. Ahmad Zaid, KH. Arsyad, dam kiai-kiai lainnya.
Setelah lulus SR ( setingkat dengan SD ) beliau melanjutkan pendidikan ke luar buntet. Pesantren tempat yang pertama di tuju yaitu Pon-Pes lasem jawa tengah, disana beliau hanya belajar 13 Bulan, yang pada waktu itu guru-guru beliau adalah KH. Ma’sum Lasem, KH. Ahmad Syakir, KH. Baidlowi, dan KH. Mansyur kholil. Setelah belajar di Pon-Pes Lasem, beliau melanjutkan ke Pon-Pes Al-Falah Ploso kecamatan mojo kabupaten kediri jawa timur. Di Pon-Pes Al-Falah Ploso, beliau mengkaji ilmu sastra arab selama beberapa bulan, setelah itu beliau pindah ke Pon-Pes Lirboyo kodya kediri untuk memperdalam ilmu ushul fiqih dan terakhir beliau belajar di Pon-Pes Bendo Pare Kediri selama 4 Bulan untuk memperdalam ilmu Tasawwuf.
Pendidikannya tidak sampai disitu, kemudian beliau kembali ke buntet pesantren untuk mengamalkan ilmunya dan kembali belajar, sistem belajar yang beliau terapkan tidak sama seperti semasa di pesantren tetapi lebih mengacu dan bersandar pada sistem “ self study “, jalan penyelesaian yang beliau tempuh adalah mempraktekan belajar secara “otodidak”, dengan cara membeli kitab dan mengumpulkan bacaan yang bermanfaat, kitab-kitab beliau tersebut berangka kisaran tahun 1965-an.
Beliau belum puas dengan menuntut ilmu, di sela-sela kesibukkannya dalam menunaikan ibadah haji ( 1977 ), beliau kemudian menyempatkan diri belajar pada ulama yang berada di tanah makkah, diantaranya : PROF.DR. Assayid Muhammad bin Alawy bin Abbas Al-Hasany Al-Maliky dan KH. Syaikh Yusuf bin Isa Al-Fadany Al-Maliky, di tanah Makkah beliau belajar ilmu hadits dan ilmu tafsir.
Aktifitasnya. Selama belajar di pesanten Bendo Pare Kediri kiai Fuad pernah menduduki jabatan ketua umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) cabang istimewa Pare pada tahun 1958. Kemudian pada tahun 1959 kiai Fuad aktif di NU sebagai mubaligh.
Setelah mondok di beberapa pesantren, beliau kembali ke Buntet untuk mengajar dan menjadi seorang da’i. Selama hidupnya kiai Fuad sangat konsisten berjuang menegakan agama Islam. Selain mengasuh Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Cirebon, hamper setiap harinya beliau melakukan dakwah keliling dari panggung kepanggung hingga akhir hayatnya.
Kiai Fuad dikenal sebagai seorang orator yang menggunakan hari harinya untuk berceramah tentang agama Islam di berbagai wilayah, tidak hanya di Cirebon dan sekitarnya, melaikan juga di berbagai wilayah Indonesia. Tidak hanya itu, kiai Fuad bahkan melakukan ceramah ceramah keagamaan dalam rangka melakukan tugas dakwah ke berbagai Negara di luar negeri, seperti ke Singapura, Malaysia, India, Australia, Amerika, Belanda, Prancis, Jerman, dan beberapa Negara Negara Eropa lainnya.
Dalam perjalanannya ke manca Negara tersebut, beliau membawa oleh oleh berharga bagi NU, yaitu dibukanya cabang cabang NU di beberapa Negara. Kiai Fuad juga dikenal sebagai salah seorang kiai Diplomat Khittah karena perjuangannya dalam menegakan NU kembali ke Khittah 1926.
Selain dikenal sebagai orator, kiai Fuad juga dikenal sebagai seniman pencipta lagu, tentu lagu lagu yang diciptakannya adalah lagu lagu religius, misalny Ramadhan Suci dan lagu syair berbahasa Arab tentang Nahdlatul Ulama. Kiai Fuad juga seorang penulis buku seperti Butir Butir Hikmah sufi, Jilid 1,2,3, dan Para Sahabat. Buku buku karya beliau diterbitkan oleh Pustaka Pesantren Yogyakarta.
Sejak muktamar NU di Krapyak Yogyakarta tahun 1989, beliau dipercaya menjadi Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, hingga beliau wafat tahun 2004.
Sumber GP Ansor Banjaran Chanel Youtube