-->

Hizb Bahr

 






Terjemahannya…

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Wahai yang Maha Tinggi, wahai yang Maha Besar, wahai yang Maha Santun, Engkaulah Tuhanku, dan ilmuMu yang mencukupi akan diriku, dan sebaik-baik Tuhan adalah Tuhanku, dan sebaik-baik Pencukup adalah yang mencukupi diriku, Engkau adalah Penolong kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkaulah yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana.

Kami mohon kepadamu Al-’ishmah (tersuci daripada kesalahan) dalam gerak dan diam, dan dalam bertutur kata dan berkemahuan, dan dari lintasan hati yang disebabkan wasangka, dan dari ragu dan waham (khayalan) yang menjadikan hati tertutup daripada mentelaah perkara-perkara yang ghaib. Di situlah orang-orang Mukmin diuji, dan mereka digoncang dengan goncangan yang keras.

‘Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafiq dan orang yang dalam hatinya ada penyakit berkata: “Allah dan Rasulnya tidak menjanjikan pada kita kecuali tipuan.”‘
(Al Ahzab 33: 11-12)

Maka teguhkan dan tolonglah kami dan tundukkan samudera ini sebagaimana Engkau telah menundukkan laut kepada Musa, dan sebagaimana Engkau telah menundukkan api kepada Ibrahim, dan Engkau menundukkan bukit-bukit dan besi kepada Daud, dan Engkau tundukkan angin dan syaitan serta jin kepada Sulaiman, dan tundukkan kami segala samudera, yang mana kesemuanya itu adalah milikMu baik yang ada di bumi mahupun di langit dan segala kekuasaan di laut dunia mahupun laut akhirat, dan tundukkan untuk kami segala sesuatu, wahai yang di tanganNya kekuasaan segala sesuatu.

Kaaf, Haa, Yaa, ‘Ain, Sod (3x)

Tolonglah kami kerana Engkau sebaik-baik Penolong, dan bukalah untuk kami, kerana Engkau adalah sebaik-baik Pembuka, dan ampunilah kami, kerana Engkau sebaik-baik Pemberi Ampunan, dan kasihanilah kami, kerana Engkau sebaik-baik yang mengasihi, dan berilah rezeki kepada kami, kerana Engkau sebaik-baik Pemberi rezeki, dan berilah petunjuk dan selamatkan kami dan anugerahilah kami dengan hembusan angin yang baik sebagaimana yang ada dalam ilmuMu, dan sebarkanlah atas kami khazanah-khazanah rahmatMu dan angkatlah kami dengan pengangkatan kemuliaan bersama keselamatan dan afiat dalam agama, baik di dunia mahupun di akhirat, sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu.

Wahai Allah, mudahkanlah bagi kami segala urusan kami hingga hati kami dapat beristirehat, begitu juga halnya jasad kami dan kami mohon kemudahan berkenaan dengan afiat di dalam dunia dan agama. Berlakulah terhadap kami sebagai kawan dalam safar (perkelanaan) dan sebagai khalifah dalam keluarga, dan robahlah wajah musuh-musuh kami dan bekukan mereka di tempatnya masing-masing agar tidak dapat mendatangi tempat kami.

‘Dan kalau Kami menghendaki, nescaya Kami hapuskan penglihatan mata mereka, lalu mereka berlumba-lumba menuju ke jalan tapi bagaimana mereka dapat melihat?
Dan kalau Kami menghendaki. Kami robah bentuk mereka di tempat mereka berada, maka tiadalah mereka maju dan tioada mereka dapat kembali.’
(Yasin 36: 66-67)

‘Yaa Siin. Demi Al-Quran yang penuh hikmah. Sungguh engkau adalah seorang Rasul… Dari para Rasul atas jalan yang lurus-lempang (sebagai wahyu). Yang diturunkan oleh yang Maha Perkasa, yang Maha Penyayang. Agar engkau peringatkan suatu kaum yang bapak-bapak mereka belum mendapat peringatan. Kerana itu mereka lalai, sungguh ketentuan (Tuhan) telah berlaku atas kebanyakan mereka kerana mereka tidak beriman. Sungguh telah Kami pasang belenggu di lehernya sampai dagunya, lalu mereka termengadah. Dan Kami adakan di antara tangan-tangan mereka (di hadapan) bendungan dan di belakang mereka bendungan (pula) dan Kami tutup pandangan mereka sehingga tidak dapat melihat.’
(Yasin 36:1-9)

Seburuknya wajah-wajah (3 x)

‘Dan sekalian wajah tunduk merendah demi untuk Tuhan yang Maha Hidup, yang Maha Berdiri sendiri, sungguh tiada harapan bagi siapa yang memikul kezaliman.’
(Thaha 20:111)

Thaa Siin. Haa Miim. ‘Ain, Siin, Qaaf

‘Ia alirkan kedua lautan itu, antara keduanya ada sempadan, masing-masing tiada berlawanan’
(Ar-Rahman 55: 19-20)

Haa Miim (7x)

Haa Miim. Persoalan itu sudah ditetapkan dan kemenangan telah tiba, maka mereka atas kami takkan dimenangkan.

‘Haa Miim. Turunnya kitab (Al-Quran ini) dari Allah yang Maha Perkasa, yang Maha mengetahui. Yang Maha Mengampuni dosa, dan Menerima Taubat lagi amat keras hukumNya dan besar kekuasaanNya, tiada Tuhan selain Dia, kepadaNya tujuan kembali.”
(Al-Mukmin 40: 1-3)

Bismillah pintu bagi kami;

Tabaroka dinding perisai kami;

Yaa Siin atap menaungi kami;

Kaaf Haa Yaa ‘Ain Sod pencukup keperluan kami;

Haa Miim, ‘Ain Siin Qaaf penjagaan diri kami.

Maka Allah akan memelihara engkau dari mereka, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (3x)

Tabir penutup Arash dilabuhkan atas kami;

Dan mata pengawasan Allah melihat pada kami;

Dengan daya Allah kami tak terkalahkan.

‘Dan Allah mengepung mereka dari belakang. Bahkan itu adalah Al-Quran yang mulia… Yang termaktub dalam Loh Mahfudz’
(Al-Buruj 85: 20-22)

‘Allah adalah sebaik-baik pemelihara. Dia Maha Penyayang dari orang-orang yang paling penyayang.’ (3x)
(Yusuf 12:64)

‘Sungguh pelindungku adalah Allah yang menurunkan kitab (Al-Quran). Dia melindungi para orang salih.’ (3x)
(Al-A’raf 7:196)

‘Allah cukup bagiku, tiada Tuhan selain Dia, kepadaNya aku bertawakal. Dialah Tuhan pemilik Arash yang Agung’ (3x)
(Al-Bara’a 9:129)

Dengan nama Allah, yang bersama namaNya tiadalah sesuatu akan membawa malapetaka baik di bumi mahupun di langit dan Ia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui… (3x)

Dan tiada daya dan tiada upaya melainkan dengan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung… (3x)

Penyusun, Faedah, dan Cara Mengamalkannya

Salah satu bacaan hizib yang masyhur dan banyak dibaca oleh para ulama, santri dan para pengamal tarekat (khususnya tarekat Syadziliyah) adalah Hizib Bahar. Bahar memiliki arti laut. Kumpulan dzikir ini dinamakan “Hizib Bahar” karena konon sebelum disebarkan secara luas, hizib ini dibiarkan menggenang di laut, dan juga dikarenakan di dalam hizib ini disebutkan kata “Bahr”. Hal ini seperti dijelaskan dalam kitab al-Kunuz an-Nuraniyah:

“Hizib ini disebut dengan Hizib Bahar (laut) karena hizib ini pernah ditaruh di laut, dan juga karena di dalamnya disebutkan kata al-Bahr. Hizib ini juga dinamakan dengan al-Hizib ash-Shaghir” (Sayyid Mukhlif Yahya al-‘Ali al-Hudzaifi al-Husaini, al-Kunuz an-Nuraniyah, Hal. 350)   Hizib Bahar disusun oleh seorang wali qutub pendiri tarekat Syadziliyah, Abi Hasan Ali bin ‘Abdillahbin ‘Abdil Jabbar asy-Syadzili, beliau lahir di Iskandariah pada tahun 571 H dan wafat pada tahun 656 H. Beliau terkenal sebagai pembesar ulama sufi, kisah-kisah tentang karamah dan keistimewaan beliau menghiasi berbagai kitab-kitab tasawuf.   Murid beliau yang juga menjadi ulama sufi terkenal adalah Abu al-‘Abbas al-Mursi yang nantinya meneruskan silsilah kemursyidan tarekat Syadziliah. Dari imam Abu al-‘Abbas al-Mursi muncul ulama kenamaan tasawuf yakni Ibnu ‘Atha’illah as-Sakandari pengarang kitab induk tasawuf al-Hikam dan Imam al-Bushiri, penyusun Qasidah Burdah. Kedua ulama tersebut merupakan murid dari Abu al-‘Abbas al-Mursi. Berdasarkan hal ini, dapat kita pahami bahwa Imam Abi Hasan asy-Syadzili merupakan tokoh sufi besar, sebab dari beliau muncul pembesar-pembesar ulama tasawuf.
Mengenai tentang faedah mengamalkan Hizib Bahar, Abi Hasan asy-Syadzili menjelaskan:


“Imam Syadzili berkata mengenai hizib ini: ‘Hizib Bahar ini merupakan hizib yang agung derajatnya. Hizib ini tidaklah dibaca pada orang yang sedang takut/khawatir melainkan ia akan aman, pada orang sakit melainkan ia akan sembuh, pada orang yang sedang bersedih kecuali hilang kesedihannya. Kalau saja hizib ini dibaca di tanah Irak tentu tidak akan diekspansi oleh kaum Tar-Tar. Tidaklah hizib ini dibaca di suatu tempat, kecuali akan aman dari mara bahaya dan terjaga dari hama. Aku menamakan hizib ini dengan nama al-‘Iddah al-Wafiyah wa al-Junnah al-Waqiyah. Barangsiapa membaca hizib ini tatkala terbitnya matahari, maka Allah akan mengabulkan doanya, menghilangkan kegelisahannya, mengangkat derajatnya, melapangkan dadanya dan akan aman dari gangguan jin dan manusia’.”


“Tidaklah pandangan seseorang tertuju pada orang yang membaca hizib ini kecuali akan menyukai, mengagungkan dan memulyakannya. Barangsiapa yang membaca hizib ini tatkala memasuki kaum yang sewenang-wenang maka akan menjadikan dirinya aman dari keburukan dan tipu daya mereka. Orang yang istiqamah membaca hizib ini di malam dan siang hari, maka ia tidak akan mati dalam keadaan tenggelam, terbakar dan hilang. Ketika angin sedang kencang atau bertambah kencang saat di laut, lalu dibacakan hizib ini, maka Allah akan hilangkan angin tersebut dengan seizin-Nya. Barangsiapa yang menulis hizib ini dan menggantungkannya pada suatu benda, maka benda itu akan dijaga dengan izin Allah” (Sayyid Mukhlif Yahya al-‘Ali al-Hudzaifi al-Husaini, al-Kunuz an-Nuraniyah, Hal. 350)

Berpijak pada referensi tentang fadilah Hizib Bahar di atas, dapat dipahami bahwa hizib ini memang merupakan hizib yang penuh dengan keistimewaan, sehingga sangat dianjurkan untuk diamalkan secara istiqamah.   Adapun mengenai tata cara dan adab dalam membaca Hizib Bahar, setidaknya terdapat enam ketentuan:   Pertama, menetapi adab yang baik, seperti halnya adab saat membaca dzikir dan hizib-hizib.   Kedua, tidak meminta pertolongan kecuali kepada Allah yang Mahabenar (al-Haq)   Ketiga, bertawassul dengan membacakan Surat al-Fatihah yang ditujukan kepada Imam Abi Hasan asy-Syadzili.   Keempat, jika terdapat suatu hajat tertentu, maka hajat tersebut diangan-angankan dalam pikiran kita pada saat membaca kalimat “al-Bahr” yang terdapat dalam Hizib ini.   Kelima, tiap kali membaca ayat “Hâ mîm” yang berjumlah tujuh, wajah menghadap ke enam arah (depan, belakang, samping kanan, samping kiri, atas, dan bawah). Sebelum membaca “Hâ mîm” yang ketujuh membaca kalimat berikut:


“Aku menolak segala cobaan/ujian dari enam arah ini dengan perantara Allah dengan barakah dari enam nama ini. Dan Aku memohon agar dimudahkan mendapatkan setiap kebaikan yang datang dari enam arah ini.”   Lalu mengucapkan “Hâ mîm” yang ketujuh, lalu tangan kita memegang tubuh kita dan sekitar kita, lalu diusapkan pada wajah kita sembari fikiran kita menghadirkan hal yang diinginkan.   Keenam, pada saat mengucapkan “Kâf hâ yâ ‘aîn shâd kifâyatunâ” pada setiap huruf awal, tangan kanan (tidak pada tangan kiri) menggenggamkan jari satu persatu, dimulai dari jari kelingking saat membaca “kâf” dan diakhiri sampai jempol saat membaca “shâd”. Tangan kanan terus menggenggam sampai setelah menyelesaikan bacaan “Hâ mîm ‘aîn sîn qhâf” tangan kanan dibuka genggamannya dimulai dari jari yang terakhir kali menggenggam yakni jempol.

Cara di atas merupakan cara yang dianjurkan dalam membaca Hizib Bahar menurut penjelasan dari Sayyid Mukhlif Yahya al-‘Ali al-Hudzaifi al-Husaini. Dalam kitabnya, beliau mengaku pernah diijazahkan langsung oleh Imam Abi Hasan Asy-Syadzili melalui mimpi.   Selain itu, tatkala terdapat hajat yang benar-benar besar atau mendesak, dianjurkan mengawali Hizib Bahar dengan terlebih dahulu membaca surat-surat berikut:


“Barangsiapa yang membaca Surat al-Hamdu (al-Fatihah) tujuh kali dan Surat Quraisy 21 kali, lalu membaca hizib ini maka hajat apapun akan terkabul, selama hajat itu masih wujud” (Sayyid Mukhlif Yahya al-‘Ali al-Hudzaifi al-Husaini, al-Kunuz an-Nuraniyah, hal. 351)   Semoga kita dapat istiqamah mengamalkan Hizib Bahar dengan penuh khusyuk sehingga kita mendapatkan fadhilah serta mendapat keberkahan dari penyusun Hizib Bahar ini, yakni Imam Abi Hasan Asy-Syadzili. Âmîn âmîn yâ rabbal ‘âlamîn. Lahul Fâtihah.  
Ustadz M. Ali Zainal Abidin, Pengajar di Pondok Pesantren Annuriyah, Kaliwining, Rambipuji, Jember


NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post